Di tulisan kali ini saya mau membagikan cerita pengalaman saya dengan seseorang yang baru saya temui dua minggu yang lalu di workshop menulis yang diadakan oleh ruang mimpi.
Yak, pengisi materinya yang akan saya ceritakan disini.
Perkenalkan ia adalah wanita yang dikenal sebagai jurnalis, penggiat buku, dan juga penulis. Sebut namanya Eka Dalanta. Saat dia menjelaskan tentang dirinya, dia banyak menceritakan tentang daerah di Danau Toba.
Ternyata, setelah saya ulik lebih lanjut, kak Eka ini adalah Volunteer Yayasan Alusi Tao Toba selama 4 tahun berjalan. Pantas saja, ia banyak sekali mengetahui tentang daerah Toba.
Dalam workshop penulisan kreatif yang diselenggarakan oleh Ruang Mimpi kemarin, Eka Dalanta menjelaskan-dan ini yang paling saya ingat dan akan saya terapkan- bahwa elemen kunci dalam menulis adalah Empati. Dan empati itu bisa terwujud dengan adanya Interaksi.
Hobi menulis yang sekarang sudah dijadikan profesi, Eka Dalanta menyebutkan tulisan itu bisa lebih terasa nyawanya, atau lebih berkomunikasi dengan pembaca ketika kita menulis sebuah tulisan kita harus berempati dengan tokoh yang ada dalam tulisan tersebut.
Awalnya, saya kira ini hanya berlaku untuk penulisan fiksi saja. Ternyata berlaku juga untuk penulisan non-fiksi. Seperti, artikel, cerita perjalanan, atau tulisan-tulisan lainnya.
Eka Dalanta juga mengatakan dia sudah bermimpi menjadi seorang penulis itu sejak SMA. Bahkan, pilihan kuliahnya pun sesuai dengan minatnya menulis yaitu jurusan sastra di Universitas Sumatera Utara(USU).
Saat di bangku kuliah pun, Eka memiliki keinginan untuk membangun minat membaca masyarakat dengan membangun rumah buku dengan koleksi buku yang ia punya dan ikut juga beberapa temannya menyumbangkan buku.
Dengan itu Eka dan teman-temannya pun melisting beberapa teman yang memiliki buku dan memiliki ketertarikan terhadap membaca buku, agar mereka dapat menyumbangkan bukunya di rumah buku.
Hingga terkumpul waktu itu 4 ribu buku dan bisa dibaca oleh siapa saja. Sekitar tiga tahun menjalankan rumah buku ini tanpa memikirkan profit.
Seiring berjalannya waktu, rumah buku tersebut tutup karena teman-temannya sudah pada sibuk bekerja dan dana yang dibutuhkan untuk sewa tempat pun tidak sedikit.
Baca Juga : 7 Tips Mengubah Hobi Menjadi Profesi
Keinginan Berkarya dan Berbagi yang Tak Pantang Surut
"Saya percaya, kita terus bergerak, dari posisi yang kita jalani dulu hingga sekarang. Yang penting kita mau maju dan berusaha, ngga peduli dengan latar belakang kita bagaimana, yang penting latar depannya, jadi lakukan yang bisa dilakukan."
Baca Juga : Mengapa Membaca dan Menulis Begitu Penting?
Sumber gambar : unsplash.com/arnel-hasanovic
setuju banget, dari hobi yang satu ini bisa menghasilkan cuan dan terbukti emang memberikan banyak yang sudah didapat paling tidak kita bisa konsisten menghasilkan karya untuk orang lain
BalasHapusWaah keren kak! sudah menghasilkan dari menulis berarti ya kak? Mantep banget nih
HapusBerkarya dari hal-hal yang disukai itu menyenangkan. Banyak yang anggap membaca dan menulis itu hal remeh, tapi Eka Dalenta telah membuktikan bahwa Menulis dan membaca bisa menjadi peluang berkarya dan berbagi
BalasHapusIya kak, ceritanya termasuk inspiratif ya..
HapusKak Eka punya banyak banget pengalaman. Kalau aku biar nggak lupa, suka nulis draf atau point-point terlebih dahulu, nanti bisa dirangkai jadi blogpost
BalasHapusDulu saya berpikir dan mengira kalau menulis itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang berbakat saja. namun anggapan saya salah. Setelah membaca artikel ini saya kok jadi termotivasi lagi ya .
BalasHapusMenulis mempertajam pikiran, dan menghaluskan jiwa kalau kata filsafat. Di Yunani jaman dulu, sebelum masuk wajib militer di usia remaja dan dewasa, harus mengonsumsi banyak senin dan filsafat serta penulisan untuk membuat jiwa mereka sehat dulu, baru fisik yang sehat. Setauku saking pentingnya sastra dan penulisan. Serta pemikiran.
BalasHapusBener banget kalau mau nulis sesegera mungkin kalo enggak bisa langsung lupa lagi 😁😁
BalasHapusMenulis itu termasuk kategori hobi yang bisa dimonetisasi. Kalo kita sudah tahu ilmunya, dipraktekkan secara konsisten, pasti bisa mendatangkan uang. Tanpa harus kerja dari luar rumah, hanya berbekal gadget, kita bisa menulis dan dikenal dunia. Semangat berkarya terus kak Finaa~
BalasHapusSangat sepakat dengan Eka. Menulis membutuhkan empati. Makanya aku heran kalau lihat penulis yang dalam kesehariannya tuna empati dan suka membully orang lain.
BalasHapusSetelah membaca artikel ini, semangat menulis saya jadi berapi-api 🔥🔥🔥
BalasHapusJadi pengen kuliah lagi, ambil jurusan yang sesuai dengan passion di bidang menulis.
Setuju dengan kalimat "menjadi penulis yang baik adalah jangan pernah menunda-nunda untuk menulis. Karena daya ingat kita itu terbatas." ah, terima kasih mbak sudah berbagi ❤️