source : Google
Pernahkah sahabat menjadi korban? Atau jangan-jangan tanpa sadar telah menjadi pelaku? Tak apa, tidak terlambat untuk menyadari kekeliruan. Belakangan saya berpikir bahwa hampir semua orang pernah mengalami bullying. Dari yang paling ringan sampai yang kurang ajar, sebut saja begitu. Karena pada kenyataannya bullying memiliki beberapa jenis, yang bahkan kadang tidak disadari pelaku atau korban.
Apalagi pada era digital. Tidak perlu bertemu, tidak perlu kenal, hanya dengan jari. Maka mudah saja untuk menghujat, mengkritik, dan menjatuhkan orang lain. Barangkali mereka beranggapan bahwa akun sosial media adalah milik pribadi yang akan membuat mereka aman. Toh, jaraknya jauh, tidak saling mengenal pula, jadi tidak ada rasa segan atau takut.
Karena lagi-lagi, kadang bahkan pelaku tidak sadar bahwa dirinya telah resmi menjadi pelaku hanya karena ikut-ikut mengkritik keputusan orang lain yang diberitakan di media sosial. Maka untuk mewaspadai hal itu, Kak Amrina Rasyada (S2 Keperawatan Konsentrasi Jiwa) pada diskusi tim Ublik dengan beliau, mengatakan bahwa sebaiknya kita tidak menjadi mental pembully.
1. Bijak menggunakan sosial media
2. Peduli dengan perasaan orang lain, Bayangkan bila kita yang ada di posisi orang yang ingin kita komentari.
3. Rangkul orang yang sedang sedih, butuh teman curhat, atau depresi. Minimal dengarkanlah mereka
4. Tahan jari, jangan latah. Kalau tidak penting atau akan menyakiti orang lain, tidak perlu di post.
5. Belajar cara komunikasi yang efektif, agar tidak terpancing untuk menyindir dan nyinyir di sosial media
Cukup, mulai dari kita, semoga tidak bertambah data yang tercatat di KPAI. Yang mana dari tahun 2011-2014 ada 369 aduan dari masyarakat perihal bullying dan 1.480 kasus terjadi di lingkungan pendidikan.
Sumber : Ublik.id
Komentar
Posting Komentar